JANJI TUHAN YA DAN AMIN
Kesaksian @Papi Daniel Alexander
"JANJI TUHAN YA DAN AMIN"
Awal September 2025 tim PESAT kami di Nabire dapat kabar gembira yang luar biasa urusan tanah untuk keperluan sekolah di Nabire akhirnya bisa diselesaikan dari semua masalah yang ada.
Di situ ada dua kavling, satu kavling untuk Sekolah Dasar luasnya 2.500 M², disebrangnya juga sama kavling seluas 2.500 M² untuk Sekolah Menengah Pertama, di samping kanannya ada tanah yang luasnya hampir 6.000 M² , bertahun-tahun kami mengharapkan tanah itu bisa dibeli untuk perluasan sekolah.
Sejak tahun 1996 tanah itu dibiarkan menganggur begitu saja. Susah lama sekali kami menginginkan tanah itu untuk perluasan kebutuhan pendidikan.
Sampai tahun 2023 tanah itu tetap kosong. Kami berusaha mencari pemiliknya tapi tidak mudah, karena banyak sumber yang tidak jelas.
Kami berdoa dan mendesak Papa kalau tanah ini bisa dibeli untuk memperluas semua aktifitas pendidikan untuk anak-anak pasti sangat bermanfaat.
Saya dapat info ternyata tanah itu milik seorang ibu yang menikah dengan seorang Belanda, mereka sangat mengasihi Papua dan saat ini mereka tinggal di Belanda.
Dalam hati kami percaya Bapa menyediakan tanah itu untuk keperluan sekolah yang kami kelola. Singkat cerita saya dapat nomer telepon pemiliknya, kebetulan waktu itu saya ada di Belanda langsung saya hubungi dan ternyata pemiliknya sudah tahu di samping tanahnya ada sekolah, tapi karena tidak pernah pulang ke Nabire jadi dia tidak tahu aktifitas dan bentuknya sekolah yang kami kelola seperti apa.
Secepatnya saya minta guru-guru dan anak-anak sekolah membuat vidio dan menceritakan kegiatan yang ada di sana. Setelah mereka melihat vidionya sangat tertarik. Tapi ada halangan di depan karena tanah itu milik keluarga, ini yang sering menjadi kendala besar ketika hendak dijual.
Setelah Nabire jadi ibukota propinsi Papua Tengah, jadi harga tanah di Nabire melonjak tinggi itu dan ibu ini cerita tanah itu sedang menjadi perebutan 3 bank, mereka bersaing dengan memberikan harga yang tinggi sekali.
Ketika ibu ini cerita kami merasa lemas dengan harga tinggi yang ditawar bank, kami tidak mampu membeli, secara manusia "sepertinya" kami putus harapan. Tapi kami tetap pegang janji Tuhan, tanah itu untuk keperluan anak-anak Papua sekolah, bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok.
Tiba-tiba suatu hari ibu pemilik ini telepon berjanji akan memberikan untuk yayasan sekolah kami, dia yang punya hak paling besar dalam keluarga berkata kepada saudara-saudaranya tanah itu akan dijual ke Pesat, supaya tanah itu dipakai anak-anak Papua, mereka bisa dapat pendidikan. Uang dapat dicari tapi masa depan anak-anak Papua yang punya tanah ini lebih penting.
Puji Tuhan akhirnya tanah itu dijual ke kami dengan harga setengah dari penawaran bank, walaupun begitu harga setengah buat kami masih besar, beberapa pengurus berjuang, kami dapat pinjam KPR salah satu bank yang mengetahui semua aktifitas pelayanan Pesat di Nabire, setelah 4 bulan kami mengangsur ada 2 keluarga yang menolak tanda tangan, tapi Tuhan tolong akhirnya semua keluarga yang punya tanah juga sudah tanda tangan setuju.
Bilangan 23:19 (TB) Tuhan bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?
PEGANG JANJI TUHAN, IKUTI PROSESNYA, JANGAN BANYAK PROTES, TUNGGU WAKTU TUHAN, SEMUA AKAN INDAH PADA WAKTUNYA.
Amin, Tuhan Yesus memberkati.
Niken.

Comments
Post a Comment